SISTEM AKUNTANSI PADA TRANSAKSI DASAR PERBANKAN
Pada dasarnya
bank berfungsi sebagai lembaga penyalur dana masyarakat yang memiliki kelebihan
dana (source of found) dan kemudian bertugas untuk menyalurkannya kepada
masyarakat yang membutuhkan (use of fund). Dalam sistem akuntansi untuk
perbankan, sama seperti pencatatan akuntansi pada umumnya dimana terdapat atas
sisi Asset dan Liabilities. Untuk sisi Asset berhubungan dengan dana yang
digunakan terdiri atas Cash Reserve,
Loan, Securities, dan jenis aset lainnya. Setiap transaksi yang terjadi pada
aset akan bertambah pada sisi debet dan berkurang di sisi kredit. Sementara
untuk Liabilities terdiri atas Deposito, Securities, dan Capital akan bertambah
pada sisi kredit dan berkurang pada sisi debet.
Contoh kasus:
·
Atun menabung di Bank sebesar 10 juta rupiah
secara tunai. Maka yang akan bertambah adalah jumlah tabungan Atun di sisi
kredit dan Kas pada bank bertambah di sisi debet. Hal ini terjadi karena
tabungan berada pada sisi Liabilities sementara Cash Reserves berada pada sisi
Asset. Sehingga ayat jurnalnya:
Kas 10
juta
Tabungan 10 juta
·
Atun memindahkan rekening deposito ke tabungan
sebesar 10 juta. Dalam hal ini jumlah deposito akan berkurang disisi debet dan
jumlah tabungan akan bertambah di sisi kredit. Kasus seperti ini biasanya
dikenal dengan istilah pinbuk atau pemindahbukuan. Karena transaksi ini
merupakan perpindahan dari rekening deposito (debet) ke tabungan (kredit) maka
disebut dengan pinbuk debet. Sehingga
ayat jurnalnya:
Deposito 10
juta
Tabungan 10 juta
·
Atun memindahkan 10 juta pada kartu kreditnya ke
rekenig tabungannya. Maka jumlah kredit akan bertambah pada sisi debet karena
merupakan bagian dari asset. Sementara tabungan pun akan bertambah pada sisi
kredit karena merupakan bagian dari liabilities. Sehingga ayat jurnalnya:
Kredit 10
juta
Tabungan 10 juta
KLIRING DAN TRANFER
Untuk
jenis transaksi yang berikutnya adalah kliring. Kliring antar bank adalah
pertukaran warkat atau data elektronik antar bank atas nama bank maupun nasabah
yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Warkat atau data
keuangan elektronik dimaksud merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku yang lazim
digunakan dalam transaksi pembayaran, biasanya bisa berupa cek, bilyet giro,
wesel bank untuk transfer, surat bukti penerimaan transfer, nota debet, nota
kredit. Perbedaan antara cek dan bilyet sendiri adalah apabila dengan
menggunakan cek, siapa saja bisa mencairkan dana yang ada pada cek tersebut.
Berbeda dengan bilyet, orang yang ingin mencairkan dana tersebut harus memiliki
rekening. Dalam kegiatan kliring ini, setiap bank yang terlibat setidaknya
harus memiliki giro wajib minimum atau LRR (Legal Reserve Requirement) minimal
sebesar 8% dari dana yang dihimpun dari masyarakat di Bank tersebut. Berikut
ini adalah beberapa kasus yang mungkin terjadi pada transaksi kilring.
Kasus 1: Kliring pembayaran antar
bank dengan menggunakan giro.
Joko yang merupakan salah satu nasabah
dari Siti Bank akan melakukan pembayaran atas pembelian krupuk sebesar 50 juta
kepada Atun yang merupakan salah satu nasabah dari Karman Bank. Joko memberikan
sebuah cek kepada Atun sebesar nominal tersebut. Untuk bisa mencairkan dana
yang ada pada cek tersebut, maka Atun memberikan cek tersebut ke Karman Bank.
Kemudian oleh Karman Bank akan dikeluarkan nota debet keluar yang diserahkan ke
BI (Bank Indonesia). Proses ini biasanya dikenal juga dengan istilah kliring
pagi. Kemudian proses tersebut oleh BI dilanjutkan dengan mengeluarkan nota
debet masuk kepada Siti Bank yang biasa disebut dengan proses kliring sore.
Ketika Siti Bank sudah menerima nota debet masuk, maka saldo giro yang dimiliki
oleh Joko akan berkurang dan saldo tabungan Atun akan bertambah sebesar 50
juta. Sehingga pembukuan yang terjadi dalam kasus ini adalah sebagai berikut:
Kasus 2: Kliring dengan menggunakan rekening tabungan
Atun yang merupakan nasabah Karman Bank
berniat untuk mengirimkan uang sebesar 100 juta kepada Joko yang merupakan
nasabah Siti Bank. Karman Bank akan mengirimkan nota kredit keluar ke BI.
Kemudian BI mengeluarkan nota kredit masuk ke Siti Bank. Maka dalam kasus ini, jumlah saldo tabungan
Atun di Karman Bank akan berkurang sebesar 100 juta. Berikut ini adalah
pembukuan yang terjadi:
Kasus 3: Penolakan kliring
Apabila dalam kasus pertama ternyata Joko
tidak memiliki uang sebesar 50 juta yang bisa dikirimkan ke Atun, transaksi
tersebut dinyatakan batal. Terjadi penolakan kliring oleh BI dalam kasus ini.
Sehingga untuk pencatatannya hanya dibalik dari transaksi awal.
Sehingga dari ketiga contoh kasus diatas, ada
beberapa jenis surat atau nota kliring.
Berikut ini adalah tabel dimana menunjukkan hubungannya terhadap jumlah saldo
rekening koran bank tersebut terhadap BI.
Untuk tanda (+) mewakili bahwa bank yang bersangkutan menang kliring,
sementara yang bertanda (-) adalah untuk yang kalah kliring. Menang kliring
berarti bank yang bersangkutan pada akhir masa kliring memiliki tagihan
keluar yang lebih besar dari tagihan masuknya. Sementara untuk yang mengalami kalah kliring
sendiri berarti bank yang bersangkutan memiliki tagihan masuk bank lebih
besar dari tagihan keluarnya, maka dapat dikatakan mereka mengalami deficit.
Bank yang memiliki kalah kliring belum tentu berpengaruh pada likuiditas bank
tersebut, karena untuk menghitung likuiditas bergantung pada ada atau tidaknya
Giro Wajib Minimum atau LRR yang jumlahnya sebanyak 8% dari keselurahan dana
yang ada di masyarakat. Namun diluar itu, bank pun masih bisa menambahkan
cadangannya atau biasa disebut dengan Excess Reserves.
Contohnya sebagai ilustrasi Siti Bank dan
Karman Bank memiliki deposito sebesar 100 juta di BI. Siti Bank memiliki dengan
giro wajib minimum sebesar 8 juta dan mengalami kekalahan sebesar 2 juta.
Sementara Karman Bank memiliki giro wajib minimum sebesar 10 juta dan mengalami
kemenangan kliring sebesar 2 juta.
Karena Siti Bank mengalami kekalahan kliring
sebesar 2 juta maka ia harus membayar kepada Karman Bank sebesar 2 juta tidak
dengan membayar secara tunai, melainkan dengan cara call money (meminjam uang ke bank lain) untuk menutupi kekurangan giro wajib minimumnya
menggunakan rekening. Bunga yang harus dibayar karena transaksi call money ini
biasanya berubah-ubah per malamnya tergantung juga dengan keadaan pasar.
Selain itu yang menjadi tolak ukur dari
kemampuan likuiditas suatu bank juga bisa dilihat dari volatilitas dana yang
salah satunya adalah bagaimana melihat tingkat bunga tabungan, giro, dll.
Biasanya tingkat bunga giro lebih fluktuatif dibandingkan dengan tingkat bunga
tabungan karena digunakan untuk transaksi. Sementara untuk tingkat bunga
deposito cenderung naik karena mengikuti tingkat inflasi. Volatilitas dana ini
dikelola oleh bagiam manajemen kerja lalu lintas moneter dan giro, seperti
misalkan oleh Bank Umum.
Kasus 4: Kliring melibatkan luar
negeri
Dalam kasus ini kliring terjadi
antar Negara. Sebagai ilustrasi Atun yang berada di Arab ingin mengirimkan
uangnya kepada Joko yang berada di Jakarta. Ada dua cara yang bisa ditempuh
agar transaksi ini bisa berjalan dengan lancar.
1. Bank
Draft
Prosesnya adalah Atun mengirimkan sejumlah uang
tunai kepada Bank of Arab yang berada di Saudi. Kemudian ia akan mendapatkan
sebuah cek atau surat (bank draft) yang kemudian surat tersebut dikirimkan ke
Joko yang ada di Jakarta bisa menggunakan pos atau email. Kemudian ketika Joko
sudah menerima cek atau surat (bank draft) tersebut ia bisa mencairkan dana
yang ada di Bank yang memiliki hubungan dengan Bank of Arab tersebut
(correspondent bank), misalnya dalam kasus di atas pencairan dana terjadi di
Bank BRI Jakarta.
2. Payment
Order
Prosesnya adalah Atun menyetorkan sejumlah uang
tunai kepada Bank of Arab yang berada di Saudi. Kemudian oleh Bank of Arab
mengirimkan payment order kepada Bank yang dituju, misalnya Bank BRI di
Jakarta, sehingga secara otomatis akan menambah saldo di rekening Joko. Sama seperti
dengan metode bank draft, proses kliring
ini tidak akan berjalan lancar apabila kedua bank yang terlibat tidak memiliki
correspondent bank. Apabila ada kasus bank yang tidak memiliki kerja sama dalam
proses kliring, maka akan ada rekomendasi bank yang diberikan, dan nasabah bisa
untuk memilih.
Transaksi seperti di atas merupakan salah
satu bentuk kegiatan moneter. Semakin banyak lalu lintas moneter yang terjadi
di suatu Negara maka hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian Negaranya
semakin maju. Agar bisa melakukan kegiatan seperti ini, bank harus bisa memenuhi
standar-standar internasional yang berlaku.
Selain kliring, transaksi di bank tidak akan
jauh-jauh dari yang namanya transfer. Secara umum keduanya hampir sama yaitu
merupakan sebuah proses pemindahbukuan saldo rekening. Yang berbeda adalah
kliring terjadi pemindahbukuan antara rekening bank yang berbeda, sementara
untuk transfer biasanya terjadi pada bank yang sama hanya saja berbeda di letak
wilayah atau kantor cabangnya. Berikut ini adalah beberapa kasus transfer.
Kasus 1. Tranfer antar daerah
Atun
merupakan nasabah Bank BRI Jakarta. Ia ingin mengirimkan uang sebesar 20 juta
kepada Joko yang merupakan nasabah dari Bank BPD Papua. Adapun skemanya adalah
seperti berikut:
Uraian di atas kita bisa melihat bahwa BPD Papua tidak
mempunyai cabang di Jakarta maka BRI mencari cabang BRI di kota dimana BPD
Papua juga terdapat cabang di kota tersebut , dalam hal ini BRI dan BPD Papua
sama – sama mempunyai cabang di kota Makasar. Oleh karena itu BRI Jakarta
mengirimkan uang kepada BRI Makasar , pengiriman ini dinamakan transfer . Dan
BRI Makasar akan melakukan transaksi kliring dengan BPD Papua Makasar untuk
mengirimkan dana tersebut melalui perantara Bank Indonesia . Selanjutnya BPD
Papua Makasar akan mentransferkan dana tersebut ke BPD Papua di Mapi yang
merupakan Bank dari Tuan B . Pencatatan yang terjadi dari transaksi tersebut
adalah sebagai berikut :
Kasus 2: Transfer antar
daerah
Kasus kedua ini hampir sama dengan yang pertama. Kliring
mungkin juga terjadi di daerah yang berbeda kemudian kedua belah pihak yang
akan melakukan kliring tidak memliki kantor cabang di daerah yang sama. Seperti
gambar dibawah ini yang menggambarkan alur dan jurnal yang harus dicatat
apabila Atun nasabah Bank Niaga ingin transfer ke Joko nasabah BPD Papua di Mapi.
Namun ternyata bank Niaga dan BPD Papua tidak memiliki cabang di daerah yang
sama. Maka harus melakukan kliring dengan Bank lain yang memilki cabang di
daerah yang sama dengan BPD Papua, kemudian alurnya sama seperti kasus
sebelumnya.
PORTOFOLIO KEUANGAN
Portofolio keuangan menunjukkan bagaimana
neraca bank yang memperlihatkan posisi keuangan bank baik dari segi sumber dana
bank ( Resource of Fund ) ataupun dari segi penggunaan dana ( Use of Fund ) .
Dari sisi assets neraca bank terdapat cash reserves yang terdiri dari kas dan
rekening koran pada BI , cash reserves merupakan penentu likuidasi suatu bank ,
jika suatu bank mempunyai masalah terhadap cash reserves maka bank tersebut
juga mempunyai ancama untuk dilikuidasi . Selanjutnya yaitu Loan atau pinjaman
Bank kepada masyarakat , loan merupakan cash outflow terbesar dana loan
bersumber dari deposit yang merupakan dana dari pihak ketiga sebagai cash
inflow terbesar. Berikut ini adalah syarat yang harus dipenuhi oleh loan.
Selain
itu, bank juga harus memberikan KUK (Kredit Usaha Kecil) atau KIK dengan
minimal 20% dari loan.
Dengan
melihat rumus tersebut, jelaslah bahwa loan melibatkan deposit dan capital.
Sehingga dengan keadaan ini memungkinkan bank untuk bisa menjadi penambah nilai
dari modal (money multiplier sebesar 10%) dan bank juga akan menerapkan prinsip
kehati-hatian karena dana loan ada yang berasal pula dari capital. Semakin tinggi
nilai depositnya maka nilai modal pun akan semakin tinggi pula. Loan ini pun
dibagi-bagi kembali menjadi loan untuk investasi, konsumsi, tenaga kerja, dll. Idealnya, buang loan > bunga depot. Dan
bunga KUK < bunga deposit (tabungan, giro, deposito).
Selain
itu juga untuk securities yang berada sisi asset, maka transaksi yang terjadi
adalah pembelian surat berharga, obligasi, dll. Hal ini disebabkan bahwa pada
sisi asset bertugas untuk menggunakan atau menyalurkan dana yang sudah ada.
Sementara untuk sisi liabilities, sekuritas yang ada berupa obligasi, saham,
dll dijual agar kemudian bisa menghasilkan kembali dana yang bisa dihimoun di
bank.
Dalam
menjalankan transaksinya, terkadang ada permasalahan yang dihadapi. Salah
satunya adalah negative miss match. Negative mismatch merupakan ketidak sesuaian komposisi pendanaan untuk
pinjaman oleh masyarakat, negative mismatch terjadi sebagai akibat dari
manajemen likuiditas bank yang kurang baik, misalnya:
1.
Dana
dengan bunga tabungannya tinggi kemudian disalurkan ke masyarakat dengan bunga
yang rendah. Hal ini tentunya akan merugikan dari pihak bank.
2.
Dana
yang seharusnya digunakan untuk jangka waktu yang pendek justru digunakan untuk
jangka waktu yang panjang. Tentunya ini merugikan karena dana yang seharusnya
mengalami perputaran yang lebih cepat, ini menjadi lebih lama karena tempo yang
digunakan untuk jangka waktu lama.
Sehingga untuk mencegah terjadinya
kekeliruan seperti ini, dibutuhkanlah sebuah sistem informasi perbankan yang
berguna untuk membantu pengambilan keputusan dan penjelasan penyaluran uang,
contohnya pada kiliring.
DATA FLOW DIAGRAM
Data flow diagram merupakan suatu diagram
yang menggunakan notasi notasi untuk menggambarkan arus dari data system, yang
sangat membantu untuk memahami system secara logika, terstruktur dan jelas. Salah
satunya adalah seperti skema berikut ini yang menunjukkan bagaimana alur dari
Bank yang pada awalnya memiliki satu kantor pusat. Kemudian dibagi kembali
menjadi beberapa kantor cabang yang kemudian dibagi lagi menjadi kantor cabang
umum dan kantor cabang pembantu yang spesifikasi wilayahnya semakin sempit.
Data flow diagram juga digunakan di dalam
perbankan dalam menyusun nomor rekening nasabah untuk mendapatkan nomer nasabah
yang identik dan unik satu sama lain, dan berhubungan dengan database nasabah
yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:
METODE
PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN
Pada
setiap akhir periode, saldo tabungan yang dimiliki seorang nasabah akan
ditambahkan dengan bunga yang diperolehnya. Akhir periode bisa dalam bentuk
akhir hari (saldo rekening) dan juga akhir bulan yang diperoleh dari saldo
akhir hari ditambahkan dengan bunga yang kemudian menjadi saldo awal untuk
bulan berikutnya. Adapun rumus untuk menghitung bunga yang diperoleh seorang
nasabah adalah:
Sebagai ilustrasinya, Atun yang memiliki rekening tabungan di
Siti Bank, berikut ini adalah data transaksi yang dilakukan Atun selama bulan
Mei 2012.
Untuk menghitung beban bunga yang diperoleh pada bulan Mei,
ada tiga metode yang bisa kita gunakan, yaitu:
1.
Metode saldo terendah
Dalam metode ini, perhitungan bunga menggunakan saldo
terendah selama bulan berjalan. Dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
2.
Metode saldo rata-rata
Pada metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung
berdasarkan saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Sehingga kita harus
menghitung terlebih dahulu saldo rata-rata hariannya. Dan hasil perhitungannya
adalah sebagai berikut:
3.
Metode saldo harian
Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian.
Bunga tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil
perhitungan bunga setiap harinya. Dan hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Untuk
mengetahui berapa besar saldo yang dimiliki adalah dengan menambahkan antar
jumlah saldo akhir dengan bunga yang diperoleh oleh nasabah tersebut. Pencatatan
bunga ini akan masuk ke dalam laporan laba rugi.
METODE
PERHITUNGAN BUNGA KREDIT
Dalam menghitung bunga
kredit ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu:
1. Flat
(dimana cicilan bunganya selalu sama), biasanya diterapkan pada hutang jangka, investasi dan
leasing jangka panjang. Contohnya
apabila Atun meminjam uang di bank sebesar 10 juta dengan besarnya bunga
pinjaman 10% untuk tiga tahun, maka untuk perhitungan bunga cicilan perbulannya
adalah sebagai berikut:
2. Annuitas
(besar bunga yang dibayarkan
tiap bulannya berbeda), biasanya diterapkan pada credit card. Sebagai contoh,
berikut ini adalah data transaksi yang terjadi pada rekening Atun selama bulan
Mei.
Tanggal
|
Transaksi
|
Saldo
|
10
|
Setoran tunai 30 juta
|
30.000.000
|
13
|
Pinbuk debet tabungan 20 juta
|
50.000.000
|
18
|
Pinbuk debet deposito 20 juta
|
70.000.000
|
20
|
Pinbuk kredit deposito 15 juta
|
55.000.000
|
Maka dalam
menghitung bunganya adalah sebagai berikut:
Beban bunga yang sudah selesai dihitung kemudian ditambahkan
dengan biaya administrasi sebagai pembiayaan besar bunga. Semakin tingkat bunga
deposito semakin tinggi, maka hal ini akan menyebabkan tingkat bunga kredit
yang juga akan semakin tinggi. Kebanyakan di bank yang sudah besar, memberikan biaya
administrasi bank secara keseluruhan, kemudian biaya itu yang digunakan untuk
membiaya SDMnya, ditambah dengan dana dari administrasi pinjaman. Hal ini dapat
menunjukkan keefisienan bank. Dan memperoleh keuntungan juga dari interest
spread yaitu selisih bunga pinjaman (use of fund) dengan bunga deposito (source
of fund).