Tuesday, March 20, 2012

PKM GT- Keuangan Inklusif dalam Meningkatkan Bankable pada Masyarakat Informal

RINGKASAN
Kemiskinan masih menjadi masalah yang sangat rumit untuk diselesaikan di Indonesia. Terlebih lagi, pengetahuan masyarakat akan adanya lembaga-lembaga yang dapat membantu mereka untuk keluar dari jerat kemiskinan seakan kurang. Misalnya bank, bank dapat memberikan pinjaman modal kepada masyarakat agar dapat membuka usaha. Tetapi hal tersebut dinilai masih kurang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Keadaan tersebut sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia, sejalan dengan temuan Bank Dunia, di tahun 2010 memperlihatkan bahwa sebanyak 62 persen rumah tangga tidak memiliki tabungan sama sekali. Rendahnya pengetahuan dan minimnya pendapatan seseorang hingga tak mampu memenuhi segala kebutuhannya membuat mereka melekat dengan kemiskinan.
Oleh karena itu, karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat dapat memiliki pemahaman lebih mengenai dunia perbankan, sehingga minat masyarakat untuk menabung di bank meningkat. Memunculkan keuangan inklusif dalam bentuk program solialisasi menjadi pemusatan dari karya tulis ini. Melibatkan mahasiswa untuk terjun langsung kelapangan dengan cara kuliah kerja nyata yang biasa disebut dengan KKN atau dengan praktek kerja lapangan (PKL) diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah mereka dapat langsung dalam kehidupan nyata. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih dengan cara e-learning misalnya dengan membuat animasi yang menarik dalam sebuah video ataupun film pendek untuk menarik perhatian masyarakat informal hingga mereka berminat untuk menabung atau mengakses ke perbankan. Keuangan inklusif hadir dengan wajah baru dengan tujuan untuk mempermudah atau bahkan meniadakan hambatan yang biasanya menghadang mereka untuk mempunyai akses ke perbankan. Diharapkan akses mereka keperbankan tidak hanya sebatas tabungan saja melainkan pembayaran asuransi, kredit, dan perlindungan konsumen lainnya. Dengan begitu, dana yang terdapat di bank akan meningkat pula, sehingga pihak bank dapat mengolahnya kembali misalnya  dengan memberikan kredit kepada masyarakat lebih banyak. Intinya dari masyarakat untuk masyarakat pula.
Gerakan Menabung Nasional dengan menggunakan program tabungan bersama bernama TabunganKu merupakan solusi yang pernah ditawarkan pemerintah demi menuntaskan persoalan aksebilitas penabung kecil. Berdasarkan uraian diatas, keuangan inklusif merupakan jalan keluar yang kami tawarkan untuk solusi yang terjadi ini. Keuangan inklusif merupakan upaya dari perluasan akses terhadap lembaga keuangan khususnya Bank. (continue)



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor informal di Indonesia menjadi kegiatan ekonomi yang paling menyerap tenaga kerja di Indonesia. Mengutip publikasi BPS bertajuk “Data Strategis BPS”, pada Februari 2010, sekitar 67,83 persen dari seluruh penduduk usia kerja merupakan tenaga kerja aktif dalam kegiatan ekonomi dan disebut dengan angkatan kerja yang besarnya mencapai 116,00 juta orang. dari total angkatan kerja tersebut, sekitar 92,60 persennya adalah penduduk yang bekerja.  Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Februari 2010 sekitar 31,41 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan formal dan 68,59 persen bekerja pada kegiatan informal. Sektor informal di Indonesia -walaupun menjadi bagian dari hidden economy- menjadi urat nadi kegiatan ekonomi di Indonesia bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia di tahun 2010 memperlihatkan bahwa sebanyak 62 persen rumah tangga tidak memiliki tabungan sama sekali. Kondisi itu sejalan dengan temuan Bank Dunia pada tahun yang sama. Lembaga itu menemukan hanya separuh penduduk Indonesia yang punya akses ke sistem keuangan formal. Rendahnya pengetahuan dan minimnya pendapatan seseorang hingga tak mampu memenuhi segala kebutuhannya membuat mereka melekat dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan persoalan besar yang telah mendarah daging bagi Negara kita maupun Negara lain. Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk menuntaskan kemiskinan di Negara yang katanya kaya raya akan alamnya.
            Kemiskinan juga membuat kemampuan masyarakat menjadi terbatas untuk terhubung dengan produktif lainnya. Padahal keterlibatan seluruh kalangan masyarakat dalam dunia perbankan akan menciptakan kestabilan keuangan yang menjadi landasan pokok bagi pembangunan ekonomi yang kokoh dalam suatu negara, khususnya untuk masyarakat informal (kelas bawah yang berpendapatan rendah) yang kesadaran akan peran sertanya dalam dunia perbankan masih memprihatinkan sekali.
Dari mana mereka mendapatkan uang yang banyak sedangkan untuk memenuhi kehidupannya saja harus memeras keringat berlebih. Bank??? Ya memang satu-satunya jalan keluar yang terbaik buat mereka. Tapi tak semudah membalikan telapak tangan untuk mendapatkan atau meminjam uang dari Bank. Perlu jaminan untuk mendapatkan modal itu. Tanah bahkan rumahpun mereka tidak punya lalu apa yang akan mereka jadikan jaminan? Semakin sulitlah masyarakat kalangan informal untuk mendapatkannya dana usaha itu.
Tujuan dan Manfaat
Atas dasar kondisi dimana minimnya akses ke perbankan pada masyarakat informal, maka penyusun mengambil judul “Keuangan Inklusif Dalam Meningkatkan Bankable Pada Masyarakat Informal” dengan tujuan untuk membahas bagaimana pentingnya meningkatkan keuangan yang inklusif dengan melihat kondisi keuangan pada masyarakat informal saat ini.

Sehingga dengan membuat karya tulis ini dapat diharapkan juga akan tercipta sebuah gagasan untuk mengatasi permasalahan ini dan bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

GAGASAN
Kondisi Terkini

Kondisi masyarakat Indonesia terhadap perbankan saat ini sesungguhnya cukup memprihatinkan. Masih banyak masyarakat yang belum mempunyai akses ke perbankan (bankable). Kecilnya pendapatan yang dimiliki sebagian orang khususnya masyarakat kecil yang tergolong miskin tidak mampu menyimpan uangnya di bank. Bukan tidak ingin menyimpankan uangnya ke bank sebagai investasi tapi untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari saja masih kurang apa lagi harus menyimpan uangnya di bank. Sebenarnya minimnya pendapatan bukanlah satu-satunya alasan seseorang tidak menabung. Karena beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang yang telah memenuhi kebutuhannya tidak menabung di bank maupun di lembaga keuangan lainnya.
            Kurangnya efisiennya bank yang mengharuskan masyarakat pergi ke bank untuk menyetorkan uangnya kadang memberatkan mereka hingga mereka malas untuk menabung. Jarak yang jauh, pengetahuan yang kurang dan perlunya agungan yang sering membebankan mereka kadang membuat mereka malas untuk menabung. Masih sedikitnya kas dan kantor pelayanan di daerah juga dijadikan kambing hitam bagi mereka, sesungguhnya keadaan mereka yang malas untuk menabunglah yang membuat mereka tidak mau mempunyai akses ke perbankan. Hingga minat menabung di negara kita sangatlah menyedihkan. Masyarakat belumlah sadar akan menabung, karena selain membantu mereka untuk mendapatkan dana lebih, dengan meningkatnya minat menabung dapat membantu pembangunan nasional karena telah mendorong rasio kredit terhadap PDB. Dilihat rasio tabungan terhadap PDB kita sangat rendah seperti yang ditunjukan kurva gambar 1 dan tabel 1 data saving rate terhadap PDB dibeberapa negara berikut ini:
Gambar 1. Rasio Tabungan dan Kredit terhadap PDB dalam persen pada tahun 2009

Tabel 1. Data Saving Rate To PDB
Nomer
Negara
Saving Rate
1
Singapura
280.9%
2
Jepang
146.6%
3
Malaysia
105.5%
4
India
55%
5
Filifina
48.8%
6
USA
44.8%
7
Indonesia
36.9%

Peranan perbankan yang menguasai sekitar 80 persen dari industri keuangan di Indonesia sangat diharapkan membangun layanan keuangan masyarakat yang bisa dinikmati oleh lebih banyak masyarakat. Bukan hanya pada masyarakat menengah keatas bahkan perbankan seharusnya lebih peduli terhadap masyarakat menengah kebawah. Jasa perbankan tradisional yang bisa berjalan dengan baik di negara-negara industri bisa jadi tidak sesuai atau tidak dapat diterapkan masyarakat miskin. Maka dari itu, harus ada inovasi kebijakan untuk mengembangkan cara baru dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat miskin dan melibatkan mereka dalam sistem keuangan.
Solusi yang Pernah Ditawarkan
            Kondisi tersebut mengharuskan pemerintah mencari jalan keluar lain dari permasalahan akan rendahnya minat menabung dimasyarakat. Salah satu upaya pemerintah untuk memerangi kondisi tersebut dengan membuat program-program menarik yang direncanakan secara khusus. Misalnya dengan meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya menabung. Pemerintah khususnya bank central pernah membuat program dengan nama TabunganKu demi menyelesaikan tugasnye terhadap aksebilitas penabung kecil. Tapi minimnya infrastruktur dalam negeri menjadi batu penghalang untuk berlangsungnya program ini. selain itu, program lainnya adalah dengan mengajak masyarakat miskin untuk menyisihkan sebagian uangnya melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Dengan program ini masyarakat menerima bantuan dengan syarat tertentu. Program ini sebenarnya dapat berjalan dengan baik jika pemerintah memperbaiki dulu infrastruktur dalam negeri agar dapat menyerap tenaga pekerja karena meningkatnya lapangan kerja, sehingga masyarakat memiliki dana untuk menyimpan uangnya ke Bank.
 Gagasan Baru yang Ditawarkan
Berdasarkan fakta yang telah terjadi dilapangan dengan solusi yang pernah ditawarkan masih tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada, maka sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan minat menabung yang terjadi dilakukan dengan memperkenalkan keuangan inklusif. Keuangan inklusif merupakan suatu kegiatan menyeluruh yang bertujuan untuk meniadakan segala bentuk hambatan terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Akses tersebut nyatanya bukan hanya sebatas tabungan saja, melainkan pembayaran asuransi, kredit, dan perlindungan konsumen yang sudah ada.
Keuangan inklusif merupakan satu cara sebagai perluasan akses terhadap lembaga keuangan yang akses keuangannya masih sangatlah rendah. Hal tersebut bisa direalisasikan dengan menyediakan sumber pendanaan yang lebih stabil dan dapat diandalkan dengan memasukan tabungan informal kedalam sistem keuangan inklusif dan diverifikasi sumber pendanaan. Perlu perbaikan akses masyarakat ke perbankan yang lebih mudah, contohnya yaitu dengan menetapkan syarat yang ringan bagi mereka yang ingin meminjam  dana ke bank dan mempermudah akses mereka untuk menabung dengan menyediakan layanan yang mudah jangkauannya. Sepertinya membuat kantor dan cabang bank di daerah terpencil perlu dilakukan dan sangat diperlukan dalam rangka mengikat masyarakat daerah khususnya pedalaman belum tersentuh akan bank.
Solusi lainnya yang bisa diterapkan dalam masalah ini adalah dengan mengadakan program yang dapat menarik minat masyarakat informal untuk menabung contohnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi multimedia seperti mengadakan iklan yang menarik dengan tujuan untuk mengajak masyarakat informal rajin menabung. Selain itu hal lain yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa adalah memanfaatkan KKN atau Kuliah Kerja Nyata untuk bisa terjun langsung ke masyarakat dan memberikan sosialiasi tentang bagaimana pentingnya menabung yaitu untuk mengurangi dampak ketidakstabilan ekonomi. Sehingga akan memungkinkan lebih banyak orang untuk memiliki akses ke asuransi dan menjadikan tabungan sebagai sandaran keuangan jika terjadi kemunduran. Karena biasanya dengan melalui pendekatan persuasif ini akan dinilai akan lebih ampuh dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Pengembangan keuangan inklusif janganlah hanya pada pemberian kredit saja, namun harus diarahkan pada pemberdayaan manusianya juga. Selain itu perlu adanya perhatian lebih terhadap lima kegiatan utamanya dalam keuangan inklusif yaitu edukasi keuangan, pemetaan informasi keuangan, fasilitasi intermediasi, saluran distribusi, dan regulasi yang mendukung, Sedangkan produk keuangan utama yang akan menjadi obyek dalam kebijakan keuangan inklusif adalah Tabungan, Kredit, Sistem Pembayaran, Asuransi yang terkait kredit serta Produk/jasa keuangan lainnya untuk UMKM.
Strategi ini diharapkan menjadi solusi yang dapat menuntaskan permasalahan yang muncul. Dengan menggunakan program ini, akses kredit yang luas bagi keluarga miskin bahkan diharapkan syarat dan agunan yang diperlukan disederhanakan sehingga membantu mengurangi permasalahan di Indonesia.
Kondisi Setelah Diberi Gagasan
Ke depan, kegiatan keuangan inklusif ini diharapkan bisa mendukung stabilitas keuangan yang menjadi landasan pokok bagi pembangunan ekonomi yang kokoh. Dikarenakan melalui keuangan inklusif masyarakat mendapat bantuan permodalan singkat dan tidak perlu ke bank yang pastinya membuang-buang waktu mereka, dengan kata lain banklah yang harus mendekatai mereka yang biasa disebut bankable. Upaya ini sebenarnya sangat ditujukan kepada masyarakat informal yang memiliki status menengah kebawah yang dianggap masih buta akan finansial. Di negara-negara berkembang banyak yang memiliki sistem keuangan yang stabil dan independen, dan warga negaranya akan memiliki kehidupan finansial yang kompleks.
Bila kita lihat berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BPS dimana jumlah angkatan yang bekerja di Indonesia sebesar 116 juta dan sekitar 70% masyarakat yang bekerja di sektor informal, dan apabila 50% dari mereka melakukan kegiatan menabung,  maka kita dapat memperkirakan sebesar 40,6 juta masyarakat informal mempunyai akses menabung ke bank. Seandainya setiap orang menabung minimal Rp 500.000, maka jumlah dana yang bisa terkumpul dari masyarakat informal adalah sekitar 20,3 triliun. Angka tersebut dinilai cukup besar untuk bisa diolah kembali oleh perbankan untuk bisa membantu perekonomian negara.
Oleh karena itu, inklusi keuangan yang lebih besar akan meningkatkan stabilitas keuangan yang menjadi landasan pokok bagi pembangunan ekonomi yang kokoh. Apabila program ini dapat diikuti dan dilakukan oleh seluruh bank dengan sungguh-sungguh maka upaya memecahkan persoalan kemiskinan dapat dilakukan pemerintah dan akan berlangsung dengan cepat. Dari sisi ekonomi makro, kegiatan ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang makin inklusif dan berkelanjutan, serta dapat memberikan manfaat kesejahteraan bagi rakyat banyak. Jadi, saat ini bank harus berperan mendidik kelompok masyarakat tertentu untuk menabung. Sehingga dengan meningkatkan akses masyarakat informal ke lembaga keuangan, nanti diharapkan akses kredit juga akan meningkat.
Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Untuk Mengimplementasikan Gagasan
Koordinasi perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait untuk menjamin jalannya keuangan inklusif sebagai solusi dari meningkatkan kesejahteraan masyarakat informal. Beberapa pihak yang terkait misalnya pemerintah yang harus terus mengawasi perkembangan dan kemajuan dari keuangan inklusif. Selain itu, masyarakat sekitar juga perlu saling bergotong royong demi terwujudnya keuangan inklusif secara transparan. Nah yang paling utama adalah peran perbankan yang sangat mempengaruhi keuangan inklusif. Harusnya Bank lebih mempermudah syarat bagi peminjam kredit khususnya masyarakat informal.

Langkah-langkah Strategis Untuk Melakukan Gagasan
Gagasan ini dapat dilakukan dengan baik apabila mendapat dukungan dari pemerintah dan bank central dengan cara :
1.      Memasukakan mata pelajaran perbankan ditingkat SD, SMP ataupun SMA. Karena rata-rata masyarakat menengah kebawah akan menuntaskan pendidikannya selama 9 tahun sesuai program pemerintah. Dengan memasukan mata pelajaran ini diharapkan masyarakat menengah kebawah dapat memahami lebih dalam tentang keuangan inklusif ini.
2.      Setiap universitas membuat program kuliah kerja nyata (KKN) atau membuat praktek kerja lapangan (PKL) untuk melibatkan mahasiswanya untuk mensosialisasikan bagaimana tentang pentingnya menabung kepada masyarakat informal.
3.      Pemerintah membuat iklan masyarakat yang menarik untuk mengajak masyarakatnya untuk menabung ke bank.

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Masyarakat yang masih buta akan keuangan seolah tersingkirkan dan diperbodoh oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan. Ini diperlihatkan dengan minimnya akses perbankan oleh masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan akses terhadap jasa bank perlu dilakukan.Keuangan inklusif merupakan jalan keluar yang kami tawarkan untuk solusi yang terjadi ini. Dengan melibatkan semua mahasiswa untuk langsung terjun kelapangan dan membuat iklan masyarakat yang menarik untuk mengajak masyarakat mempunyai akses menabung ke bank atau akses lainnya. Keuangan inklusif merupakan upaya dari perluasan akses terhadap lembaga keuangan khususnya Bank.
Teknik Implementasi yang Dilakukan
            Dalam rangka memajukan program keuangan inklusif kita perlu menyediakan sumber pendanaan yang lebih stabil dan dapat diandalkan dengan memasukan tabungan informal ke dalam sistem.Mengurangi krisis-krisis Negara industry dan keinginan pasar modal dengan menciptakan modal mandiri. Menumbuhkan minat masyarakat untuk memiliki akses ke asuransi dan menjadikan tabungan sebagai bantalan finansial apabila terjadi kemunduran.Pengembangan keuangan inklusif juga tidak semata-mata berkembang dan tumbuh di daerah perkotaan saja. Tapi perkembangan keuangan inklusif diharapkan dapat menembus daerah-daerah pedalaman atau mungkin ke daerah terpencil dan terpelosok. Untuk mengembangkan keuangan inklusif Bank sentral juga perlu mengenalkan pelajaran ini sejak dini dengan memasukkan mata pelajaran baru pada tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah mengengah pertama (SMP).Pendidikan juga tidak hanya ditujukan kepada generasi muda lainnya, edukasi juga di ajarkan kepada tenaga pengajar untuk lebih mengerti dan memahami keuangan inklusif.Untuk tidak mematikan lembaga keuangan mikro lembaga perbankan berubah fungsi menjadi wadah bagi lembaga keuangan mikro.Dan yang beraksi dan menyentuh langsung ke masyarakat adalah lembaga keuangan mikro.
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh
             Dengan meningkatkan keuangan inklusif demi mendukung stabilitas keuangan bagi pembangunan ekonomi yang semakin kuat masyarakat akan memiliki kehidupan finanasial yang kompleks. Semakin banyak orang yang mengetahui tentang keuangan inklusif maka, semakin banyak pula akses yang dilakukan ke perbankan, entah dari menabung ke bank dan bahkan akan meningkatkan kredit ke bank. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi makro akan semakin membaik maka menunjang pula perkembangan keuangan inklusif karena akan memberikan manfaat kesejahteraan bagi rakyat banyak.

0 komentar:

Post a Comment