Meskipun
berada pada tekanan ekonomi global yang tengah memanas, namun pertumbuhan
ekonomi di Indonesia semakin membaik. Hal ini ditandai dengan meningkat angka
GDP di Indonesia yang bisa mencapai USD 820 Milliar di tahun 2011 lalu dan
diprediksikan untuk tahun 2012 ini bisa mencapai 930 Milliar. Selain itu juga pertumbuhan ekonomi yang tinggi
ditandai dengan meningkatnya jumlah jumlah kelas kalangan menengah. Ternyata hal
ini juga memberikan dampak yang baik bagi kemajuan perbankan kita.
Mengacu pada
statistik perbankan Indonesia yang paling terbaru di Bulan Januari 2012, total
aset perbankan di Indonesia mencapai Rp 2.255 triliun, naik 20,3% dari periode
yang sama di tahun 2011. PT Bank Mandiri Tbk masih bertahan sebagai bank
beraset terbesar dengan nilai aset Rp 485,415 triliun. Bank dengan aset
terbesar kedua adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar Rp 407,302
triliun. Sedangkan PT Bank Central Asia Tbk berada di urutan ketiga
dengan aset Rp 387,003 triliun. Seperti yang tertera pada tabel 10 bank dengan
aset terbesar berikut:
Tabel
1. 10 Bank dengan aset terbesar Periode Januari 2012
Sementara itu
pendapatan operasional bank umum mencapai Rp 42,17 triliun, naik 30,07%
dibanding Januari 2011 sebesar Rp 32,29 triliun. Sementara itu, pendapatan
non-operasional perbankan naik 2,68% menjadi Rp 22,21 triliun. Namun,
beban operasional bank umum meningkat menjadi Rp 54,27 triliun atau naik
43,04% dari sebelumnya Rp 37,94 triliun. Berikut ini adalah grafik pendapatan
dan beban operasional menurut kelompok bank periode Januari 2012.
Grafik
1. Pendapatan dan beban operasional menurut kelompok Bank Periode Januari 2012
Sementar itu
terlihatlah bahwa laba perbankan nasional hingga Januari 2012 mencapai Rp 9,05
triliun, naik 60,1% dibanding periode yang sama pada 2011 sebesar Rp 5,65
triliun. Perolehan laba yang tinggi didorong oleh pertumbuhan kredit perbankan
sebesar 22,33% menjadi Rp 2.160,21 triliun (year-on-year).
Industri
perbankan kita yang terus naik dari tahun ke tahun menyebabkan persaingan
antarbank pun makin sengit dengan aneka produk dan layanan. Dan, peta
persaingan perbankan tidak lagi di wilayah sektor funding, tetapi juga investment
grade. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya jumlah kelas kalangan
menengah ternyata memberi dampak pada perkembangan industri keuangan. Misalnya,
kebutuhan asuransi maupun dana pensiun makin meningkat.
Dengan melihat
kondisi seperti ini, maka para pelaku perbankan pun turut berlomba memanfaatkan
momentum ini melalui potensi aliran dana investor dalam menciptakan
produk-produk perbankan. Bank Indonesia mulai mengevaluasi kinerja perbankan,
khususnya dari sisi Loan to Deposit Ratio (LDR). Sejak Juli 2010,
misalnya, BI mewajibkan bank-bank di Indonesia memiliki LDR antara 75-102
persen. BI juga mewajibkan bank-bank tersebut mempublikasikan Suku Bunga
Kreditnya.
Persaingan
perbankan yang juga membawa pengaruh pada peningkatan investment grade ini, membuat
dana asing mengalir deras ke pasar keuangan di dalam negeri (capital inflows) sebagai akibat dari
kepercayaan investor asing yang meningkat dan dapat diartikan naiknya persepsi
risiko berinvestasi yang penting bagi penanaman modal asing.
Dalam kondisi
ini, bank-bank bisa memanfaatkannya untuk mendongkrak modal. Penguatan modal
bermanfaat strategis untuk membentengi bank dari beraneka jenis risiko, baik
risiko kredit, risiko operasional, risiko pasar, maupun risiko likuiditas. Yang
jelas, level investment grade akan banyak membantu perbankan nasional
dalam memenuhi kebutuhan likuiditas valuta asing (valas) dan menekan potensi
risiko likuiditas valas pada 2012, mengingat kebutuhan akan likuidasi valas di
Indonesia saat ini sedang terbatas.
Namun tentunya
hal ini juga harus diantisipasi jangan sampai dana asing yang masuk ke sector
riil dalam bentuk foreign direct investment (FDI) ini bisa terlalu banyak.
Tahun ini diperkirakan nilai investasi langsung akan mencapai kisaran Rp260
triliun-Rp280 triliun. Jumlah yang cukup besar untuk bisa menopang kegiatan
perekonomian nasional. Geliat sektor riil ini harus diimbangi dengan hasrat
kuat perbankan dalam menyalurkan kredit dengan back up permodalan yang mencukupi. Jika tidak, bank-bank asing
dengan dukungan modal yang kuat akan mengambil peran strategis itu.
Sebagai
kesimpulannya, pertumbuhan ekonomi yang meningkat dapat meningkatkan gairah
perbankan yang mulai melebarkan sayapnya tidak hanya pada sektor funding, tapi
juga pada investment grade. Investment
grade bisa menjadi kompetisi bagi perbankan domestik untuk menyalurkan
kredit. Tingkat kepercayaan investor asing akan meningkat seiring dengan
pemberian peringkat yang baru sehingga akan membantu debitor domestik
mendapatkan akses ke dana-dana asing. Namun, di lain sisi, penguatan modal
menjadi critical issue untuk
dituntaskan ketika momentum yang baik tengah dalam genggaman.
Referensi:
www.bi.go.id
http://www.infobanknews.com/2012/03/momentum-perbankan-menguatkan-modal/
0 komentar:
Post a Comment