Tuesday, June 5, 2012

Aktivitas Perbankan

SISTEM AKUNTANSI PADA TRANSAKSI DASAR PERBANKAN
Pada dasarnya bank berfungsi sebagai lembaga penyalur dana masyarakat yang memiliki kelebihan dana (source of found) dan kemudian bertugas untuk menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan (use of fund). Dalam sistem akuntansi untuk perbankan, sama seperti pencatatan akuntansi pada umumnya dimana terdapat atas sisi Asset dan Liabilities. Untuk sisi Asset berhubungan dengan dana yang digunakan  terdiri atas Cash Reserve, Loan, Securities, dan jenis aset lainnya. Setiap transaksi yang terjadi pada aset akan bertambah pada sisi debet dan berkurang di sisi kredit. Sementara untuk Liabilities terdiri atas Deposito, Securities, dan Capital akan bertambah pada sisi kredit dan berkurang pada sisi debet.

Contoh kasus:
·         Atun menabung di Bank sebesar 10 juta rupiah secara tunai. Maka yang akan bertambah adalah jumlah tabungan Atun di sisi kredit dan Kas pada bank bertambah di sisi debet. Hal ini terjadi karena tabungan berada pada sisi Liabilities sementara Cash Reserves berada pada sisi Asset.  Sehingga ayat jurnalnya:
Kas                                        10 juta 
               Tabungan                            10 juta
·         Atun memindahkan rekening deposito ke tabungan sebesar 10 juta. Dalam hal ini jumlah deposito akan berkurang disisi debet dan jumlah tabungan akan bertambah di sisi kredit. Kasus seperti ini biasanya dikenal dengan istilah pinbuk atau pemindahbukuan. Karena transaksi ini merupakan perpindahan dari rekening deposito (debet) ke tabungan (kredit) maka disebut dengan pinbuk debet.  Sehingga ayat jurnalnya:
Deposito                             10 juta
               Tabungan                            10 juta
·         Atun memindahkan 10 juta pada kartu kreditnya ke rekenig tabungannya. Maka jumlah kredit akan bertambah pada sisi debet karena merupakan bagian dari asset. Sementara tabungan pun akan bertambah pada sisi kredit karena merupakan bagian dari liabilities. Sehingga ayat jurnalnya:
Kredit                                   10 juta
               Tabungan                            10 juta


KLIRING DAN TRANFER
                Untuk jenis transaksi yang berikutnya adalah kliring. Kliring antar bank adalah pertukaran warkat atau data elektronik antar bank atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Warkat atau data keuangan elektronik dimaksud merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diatur dalam peraturan perundang-undangan atau ketentuan lain yang berlaku yang lazim digunakan dalam transaksi pembayaran, biasanya bisa berupa cek, bilyet giro, wesel bank untuk transfer, surat bukti penerimaan transfer, nota debet, nota kredit. Perbedaan antara cek dan bilyet sendiri adalah apabila dengan menggunakan cek, siapa saja bisa mencairkan dana yang ada pada cek tersebut. Berbeda dengan bilyet, orang yang ingin mencairkan dana tersebut harus memiliki rekening. Dalam kegiatan kliring ini, setiap bank yang terlibat setidaknya harus memiliki giro wajib minimum atau LRR (Legal Reserve Requirement) minimal sebesar 8% dari dana yang dihimpun dari masyarakat di Bank tersebut. Berikut ini adalah beberapa kasus yang mungkin terjadi pada transaksi kilring.
Kasus 1: Kliring pembayaran antar bank dengan menggunakan giro. 
Joko yang merupakan salah satu nasabah dari Siti Bank akan melakukan pembayaran atas pembelian krupuk sebesar 50 juta kepada Atun yang merupakan salah satu nasabah dari Karman Bank. Joko memberikan sebuah cek kepada Atun sebesar nominal tersebut. Untuk bisa mencairkan dana yang ada pada cek tersebut, maka Atun memberikan cek tersebut ke Karman Bank. Kemudian oleh Karman Bank akan dikeluarkan nota debet keluar yang diserahkan ke BI (Bank Indonesia). Proses ini biasanya dikenal juga dengan istilah kliring pagi. Kemudian proses tersebut oleh BI dilanjutkan dengan mengeluarkan nota debet masuk kepada Siti Bank yang biasa disebut dengan proses kliring sore. Ketika Siti Bank sudah menerima nota debet masuk, maka saldo giro yang dimiliki oleh Joko akan berkurang dan saldo tabungan Atun akan bertambah sebesar 50 juta. Sehingga pembukuan yang terjadi dalam kasus ini adalah sebagai berikut:

Kasus 2: Kliring dengan menggunakan rekening tabungan
Atun yang merupakan nasabah Karman Bank berniat untuk mengirimkan uang sebesar 100 juta kepada Joko yang merupakan nasabah Siti Bank. Karman Bank akan mengirimkan nota kredit keluar ke BI. Kemudian BI mengeluarkan nota kredit masuk ke Siti Bank.  Maka dalam kasus ini, jumlah saldo tabungan Atun di Karman Bank akan berkurang sebesar 100 juta. Berikut ini adalah pembukuan yang terjadi:

Kasus 3: Penolakan kliring

Apabila dalam kasus pertama ternyata Joko tidak memiliki uang sebesar 50 juta yang bisa dikirimkan ke Atun, transaksi tersebut dinyatakan batal. Terjadi penolakan kliring oleh BI dalam kasus ini. Sehingga untuk pencatatannya hanya dibalik dari transaksi awal.


Sehingga dari ketiga contoh kasus diatas, ada beberapa jenis  surat atau nota kliring. Berikut ini adalah tabel dimana menunjukkan hubungannya terhadap jumlah saldo rekening koran bank tersebut terhadap BI.

Untuk tanda (+) mewakili bahwa bank yang bersangkutan menang kliring, sementara yang bertanda (-) adalah untuk yang kalah kliring. Menang kliring berarti bank yang bersangkutan   pada akhir masa kliring memiliki tagihan keluar yang lebih besar dari tagihan masuknya. Sementara untuk yang mengalami kalah kliring sendiri berarti bank yang bersangkutan memiliki tagihan masuk bank lebih besar dari tagihan keluarnya, maka dapat dikatakan mereka mengalami deficit. Bank yang memiliki kalah kliring belum tentu berpengaruh pada likuiditas bank tersebut, karena untuk menghitung likuiditas bergantung pada ada atau tidaknya Giro Wajib Minimum atau LRR yang jumlahnya sebanyak 8% dari keselurahan dana yang ada di masyarakat. Namun diluar itu, bank pun masih bisa menambahkan cadangannya atau biasa disebut dengan Excess Reserves.
Contohnya sebagai ilustrasi Siti Bank dan Karman Bank memiliki deposito sebesar 100 juta di BI. Siti Bank memiliki dengan giro wajib minimum sebesar 8 juta dan mengalami kekalahan sebesar 2 juta. Sementara Karman Bank memiliki giro wajib minimum sebesar 10 juta dan mengalami kemenangan kliring sebesar 2 juta. 
Karena Siti Bank mengalami kekalahan kliring sebesar 2 juta maka ia harus membayar kepada Karman Bank sebesar 2 juta tidak dengan membayar secara tunai, melainkan dengan cara call money (meminjam uang ke bank lain) untuk menutupi kekurangan giro wajib minimumnya menggunakan rekening. Bunga yang harus dibayar karena transaksi call money ini biasanya berubah-ubah per malamnya tergantung juga dengan keadaan pasar.
Selain itu yang menjadi tolak ukur dari kemampuan likuiditas suatu bank juga bisa dilihat dari volatilitas dana yang salah satunya adalah bagaimana melihat tingkat bunga tabungan, giro, dll. Biasanya tingkat bunga giro lebih fluktuatif dibandingkan dengan tingkat bunga tabungan karena digunakan untuk transaksi. Sementara untuk tingkat bunga deposito cenderung naik karena mengikuti tingkat inflasi. Volatilitas dana ini dikelola oleh bagiam manajemen kerja lalu lintas moneter dan giro, seperti misalkan oleh Bank Umum.

Kasus 4: Kliring melibatkan luar negeri
Dalam kasus ini kliring terjadi antar Negara. Sebagai ilustrasi Atun yang berada di Arab ingin mengirimkan uangnya kepada Joko yang berada di Jakarta. Ada dua cara yang bisa ditempuh agar transaksi ini bisa berjalan dengan lancar.
1.      Bank Draft
Prosesnya adalah Atun mengirimkan sejumlah uang tunai kepada Bank of Arab yang berada di Saudi. Kemudian ia akan mendapatkan sebuah cek atau surat (bank draft) yang kemudian surat tersebut dikirimkan ke Joko yang ada di Jakarta bisa menggunakan pos atau email. Kemudian ketika Joko sudah menerima cek atau surat (bank draft) tersebut ia bisa mencairkan dana yang ada di Bank yang memiliki hubungan dengan Bank of Arab tersebut (correspondent bank), misalnya dalam kasus di atas pencairan dana terjadi di Bank BRI Jakarta.
2.      Payment Order
Prosesnya adalah Atun menyetorkan sejumlah uang tunai kepada Bank of Arab yang berada di Saudi. Kemudian oleh Bank of Arab mengirimkan payment order kepada Bank yang dituju, misalnya Bank BRI di Jakarta, sehingga secara otomatis akan menambah saldo di rekening Joko. Sama seperti dengan metode bank draft, proses  kliring ini tidak akan berjalan lancar apabila kedua bank yang terlibat tidak memiliki correspondent bank. Apabila ada kasus bank yang tidak memiliki kerja sama dalam proses kliring, maka akan ada rekomendasi bank yang diberikan, dan nasabah bisa untuk memilih.
Transaksi seperti di atas merupakan salah satu bentuk kegiatan moneter. Semakin banyak lalu lintas moneter yang terjadi di suatu Negara maka hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian Negaranya semakin maju. Agar bisa melakukan kegiatan seperti ini, bank harus bisa memenuhi standar-standar internasional yang berlaku.
Selain kliring, transaksi di bank tidak akan jauh-jauh dari yang namanya transfer. Secara umum keduanya hampir sama yaitu merupakan sebuah proses pemindahbukuan saldo rekening. Yang berbeda adalah kliring terjadi pemindahbukuan antara rekening bank yang berbeda, sementara untuk transfer biasanya terjadi pada bank yang sama hanya saja berbeda di letak wilayah atau kantor cabangnya. Berikut ini adalah beberapa kasus transfer.

Kasus 1. Tranfer antar daerah
Atun merupakan nasabah Bank BRI Jakarta. Ia ingin mengirimkan uang sebesar 20 juta kepada Joko yang merupakan nasabah dari Bank BPD Papua. Adapun skemanya adalah seperti berikut:



Uraian di atas kita bisa melihat bahwa BPD Papua tidak mempunyai cabang di Jakarta maka BRI mencari cabang BRI di kota dimana BPD Papua juga terdapat cabang di kota tersebut , dalam hal ini BRI dan BPD Papua sama – sama mempunyai cabang di kota Makasar. Oleh karena itu BRI Jakarta mengirimkan uang kepada BRI Makasar , pengiriman ini dinamakan transfer . Dan BRI Makasar akan melakukan transaksi kliring dengan BPD Papua Makasar untuk mengirimkan dana tersebut melalui perantara Bank Indonesia . Selanjutnya BPD Papua Makasar akan mentransferkan dana tersebut ke BPD Papua di Mapi yang merupakan Bank dari Tuan B . Pencatatan yang terjadi dari transaksi tersebut adalah sebagai berikut :





Kasus 2: Transfer antar daerah
Kasus kedua ini hampir sama dengan yang pertama. Kliring mungkin juga terjadi di daerah yang berbeda kemudian kedua belah pihak yang akan melakukan kliring tidak memliki kantor cabang di daerah yang sama. Seperti gambar dibawah ini yang menggambarkan alur dan jurnal yang harus dicatat apabila Atun nasabah Bank Niaga ingin transfer ke Joko nasabah BPD Papua di Mapi. Namun ternyata bank Niaga dan BPD Papua tidak memiliki cabang di daerah yang sama. Maka harus melakukan kliring dengan Bank lain yang memilki cabang di daerah yang sama dengan BPD Papua, kemudian alurnya sama seperti kasus sebelumnya.

PORTOFOLIO KEUANGAN
  
Portofolio keuangan menunjukkan bagaimana neraca bank yang memperlihatkan posisi keuangan bank baik dari segi sumber dana bank ( Resource of Fund ) ataupun dari segi penggunaan dana ( Use of Fund ) . Dari sisi assets neraca bank terdapat cash reserves yang terdiri dari kas dan rekening koran pada BI , cash reserves merupakan penentu likuidasi suatu bank , jika suatu bank mempunyai masalah terhadap cash reserves maka bank tersebut juga mempunyai ancama untuk dilikuidasi . Selanjutnya yaitu Loan atau pinjaman Bank kepada masyarakat , loan merupakan cash outflow terbesar dana loan bersumber dari deposit yang merupakan dana dari pihak ketiga sebagai cash inflow terbesar. Berikut ini adalah syarat yang harus dipenuhi oleh loan. 


Selain itu, bank juga harus memberikan KUK (Kredit Usaha Kecil) atau KIK dengan minimal 20% dari loan.
Dengan melihat rumus tersebut, jelaslah bahwa loan melibatkan deposit dan capital. Sehingga dengan keadaan ini memungkinkan bank untuk bisa menjadi penambah nilai dari modal (money multiplier sebesar 10%) dan bank juga akan menerapkan prinsip kehati-hatian karena dana loan ada yang berasal pula dari capital. Semakin tinggi nilai depositnya maka nilai modal pun akan semakin tinggi pula. Loan ini pun dibagi-bagi kembali menjadi loan untuk investasi, konsumsi, tenaga kerja, dll.  Idealnya, buang loan > bunga depot. Dan bunga KUK < bunga deposit (tabungan, giro, deposito).
Selain itu juga untuk securities yang berada sisi asset, maka transaksi yang terjadi adalah pembelian surat berharga, obligasi, dll. Hal ini disebabkan bahwa pada sisi asset bertugas untuk menggunakan atau menyalurkan dana yang sudah ada. Sementara untuk sisi liabilities, sekuritas yang ada berupa obligasi, saham, dll dijual agar kemudian bisa menghasilkan kembali dana yang bisa dihimoun di bank.
Dalam menjalankan transaksinya, terkadang ada permasalahan yang dihadapi. Salah satunya adalah negative miss match. Negative mismatch merupakan ketidak sesuaian komposisi pendanaan untuk pinjaman oleh masyarakat, negative mismatch terjadi sebagai akibat dari manajemen likuiditas bank yang kurang baik, misalnya:
1.       Dana dengan bunga tabungannya tinggi kemudian disalurkan ke masyarakat dengan bunga yang rendah. Hal ini tentunya akan merugikan dari pihak bank.
2.       Dana yang seharusnya digunakan untuk jangka waktu yang pendek justru digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Tentunya ini merugikan karena dana yang seharusnya mengalami perputaran yang lebih cepat, ini menjadi lebih lama karena tempo yang digunakan untuk jangka waktu lama.
Sehingga untuk mencegah terjadinya kekeliruan seperti ini, dibutuhkanlah sebuah sistem informasi perbankan yang berguna untuk membantu pengambilan keputusan dan penjelasan penyaluran uang, contohnya pada kiliring.


DATA FLOW DIAGRAM
Data flow diagram merupakan suatu diagram yang menggunakan notasi notasi untuk menggambarkan arus dari data system, yang sangat membantu untuk memahami system secara logika, terstruktur dan jelas. Salah satunya adalah seperti skema berikut ini yang menunjukkan bagaimana alur dari Bank yang pada awalnya memiliki satu kantor pusat. Kemudian dibagi kembali menjadi beberapa kantor cabang yang kemudian dibagi lagi menjadi kantor cabang umum dan kantor cabang pembantu yang spesifikasi wilayahnya semakin sempit. 
Data flow diagram juga digunakan di dalam perbankan dalam menyusun nomor rekening nasabah untuk mendapatkan nomer nasabah yang identik dan unik satu sama lain, dan berhubungan dengan database nasabah yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut:


METODE PERHITUNGAN BUNGA TABUNGAN
Pada setiap akhir periode, saldo tabungan yang dimiliki seorang nasabah akan ditambahkan dengan bunga yang diperolehnya. Akhir periode bisa dalam bentuk akhir hari (saldo rekening) dan juga akhir bulan yang diperoleh dari saldo akhir hari ditambahkan dengan bunga yang kemudian menjadi saldo awal untuk bulan berikutnya. Adapun rumus untuk menghitung bunga yang diperoleh seorang nasabah adalah: 
Sebagai ilustrasinya, Atun yang memiliki rekening tabungan di Siti Bank, berikut ini adalah data transaksi yang dilakukan Atun selama bulan Mei 2012. 


Untuk menghitung beban bunga yang diperoleh pada bulan Mei, ada tiga metode yang bisa kita gunakan, yaitu:
1.       Metode saldo terendah
Dalam metode ini, perhitungan bunga menggunakan saldo terendah selama bulan berjalan. Dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
2.      Metode saldo rata-rata
Pada metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung berdasarkan saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Sehingga kita harus menghitung terlebih dahulu saldo rata-rata hariannya. Dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

3.      Metode saldo harian
Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian. Bunga tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil perhitungan bunga setiap harinya. Dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

            Untuk mengetahui berapa besar saldo yang dimiliki adalah dengan menambahkan antar jumlah saldo akhir dengan bunga yang diperoleh oleh nasabah tersebut. Pencatatan bunga ini akan masuk ke dalam laporan laba rugi. 




METODE PERHITUNGAN BUNGA KREDIT
            Dalam menghitung bunga kredit ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu:
1.      Flat (dimana cicilan bunganya selalu sama), biasanya diterapkan pada hutang jangka, investasi dan leasing jangka panjang. Contohnya apabila Atun meminjam uang di bank sebesar 10 juta dengan besarnya bunga pinjaman 10% untuk tiga tahun, maka untuk perhitungan bunga cicilan perbulannya adalah sebagai berikut:

2.      Annuitas (besar bunga yang dibayarkan tiap bulannya berbeda), biasanya diterapkan pada credit card. Sebagai contoh, berikut ini adalah data transaksi yang terjadi pada rekening Atun selama bulan Mei.

Tanggal
Transaksi
Saldo
10
Setoran tunai 30 juta
30.000.000
13
Pinbuk debet tabungan 20 juta
50.000.000
18
Pinbuk debet deposito 20 juta
70.000.000
20
Pinbuk kredit deposito 15 juta
55.000.000
            
Maka dalam menghitung bunganya adalah sebagai berikut:

 Beban bunga yang sudah selesai dihitung kemudian ditambahkan dengan biaya administrasi sebagai pembiayaan besar bunga. Semakin tingkat bunga deposito semakin tinggi, maka hal ini akan menyebabkan tingkat bunga kredit yang juga akan semakin tinggi. Kebanyakan di bank yang sudah besar, memberikan biaya administrasi bank secara keseluruhan, kemudian biaya itu yang digunakan untuk membiaya SDMnya, ditambah dengan dana dari administrasi pinjaman. Hal ini dapat menunjukkan keefisienan bank. Dan memperoleh keuntungan juga dari interest spread yaitu selisih bunga pinjaman (use of fund) dengan bunga deposito (source of fund).




Peran Asuransi Jiwa Dwiguna Dalam Meningkatkan Efisiensi Lembaga Keuangan



Secara umum, lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana dan menyalurkan dana ke masyarakat. Lembaga keuangan sendiri dibagi lagi menjadi lembaga keuangan bank dan non bank. Dan salah satu bentuk lembaga keuangan non bank adalah asuransi.
Asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usahan pertanggungan. Setiap nasabah dikenakan polis asuransi yang harus dibayar sesuai dengan perjanjian dan perusahaan akan menanggung semua kerugian yang diderita oleh nasabah ketika terjadi musibah atau terkena resiko seperti yang sudah diperjanjikan. Artinya usaha asuransi merupakan kegiatan menanggung resiko yang dikaitkan dengan keuangan antar polis yang harus dibayar dan klaim yang diterimanya. Besarnya polis akan mempengaruhi klaim yang akan diterima. Perusahaan asuransi dibagi ke dalam beberapa jenis, seperti asuransi jiwa, kesehatan dan kerugian atau general. Asuransi jiwa sendiri terbagi kembali menjadi tiga jenis yaitu asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa dwiguna dan asuransi jiwa annuitas. Di sini kami akan lebih mendalami asuransi jiwa dwiguna.
Asuransi dwiguna adalah produk asuransi yang dirancang khusus untuk mengakumulasi sekaligus mengamankan kekayaan. Seperti namanya, asuransi ini memberikan dua guna, yaitu perlindungan asuransi jiwa dan tabungan. Polis asuransi dwiguna menjamin pembayaran sejumlah uang tertentu pada tanggal jatuh tempo. Jatuh tempo yang paling umum adalah 10, 15, 20 tahun atau sampai usia tertentu.
Pada asuransi dwiguna berpartisipasi (participating endowment insurance), selain menjamin akan membayar dalam jumlah tertentu, polis juga memberikan jumlah tambahan yang besarnya tidak dijamin, sesuai hasil keuntungan yang dibagikan. Jumlah yang dijamin disebut manfaat jatuh tempo (maturity benefit) dan manfaat yang tidak dijamin disebut bonus. Keduanya dibayarkan pada saat jatuh tempo. Bila tertanggung meninggal dunia pada masa asuransi, polis membayar manfaat kematian (death benefit) dan bonus, jika ada.
Polis juga dapat diuangkan di awal (ditebus) untuk mendapatkan nilai tebus yang besarnya ditentukan oleh perusahaan asuransi tergantung berapa banyak premi yang telah dibayar, dividen atau bonus yang diakumulasikan dan biaya yang dikenakan. Namun, kecuali karena keadaan darurat keuangan, Anda tidak disarankan menebus polis sebelum jatuh tempo karena akan terkena pinalti atau denda.
Polis asuransi dwiguna tidak berpartisipasi (non-participating endowment insurance) hanya memberikan manfaat kematian atau manfaat jatuh tempo sesuai nominal dalam polis, tanpa bonus apa pun.

Kegunaan
Polis asuransi dwiguna sebenarnya lebih merupakan tabungan daripada asuransi. Polis ini adalah program menabung untuk tujuan tertentu dan melindungi program tersebut dari situasi buruk pembayar premi. Pembayar premi hidup atau meninggal, sehat atau sakit parah, program menabung tetap berjalan sesuai rencana. Banyak orang menggunakan asuransi jiwa dwiguna untuk mendanai kebutuhan keuangan masa depan, seperti pendidikan anak atau pensiun.
Meskipun preminya yang jauh lebih mahal daripada asuransi whole life, asuransi dwiguna dapat menjadi solusi bagi yang tidak memiliki disiplin menabung dan berinvestasi secara teratur. Polis ini baik bagi kalangan muda karena menyediakan kesempatan untuk melindungi dari risiko dan memberikan kebebasan finansial di hari tua.

Kelemahan atau keunggulan
Kelemahan sekaligus keunggulan asuransi dwiguna adalah uang yang disetorkan “terkunci” dan tidak bisa memindahkan tabungan ke instrumen lain yang lebih menguntungkan jika kondisi pasar sedang bagus (seperti pada asuransi unit link). Namun, di sisi lain, karena terkunci maka akan lebih disiplin dalam menggunakan uang sesuai rencana yang telah ditetapkan. Jaminan pembayaran dalam jumlah dan waktu tertentu juga melindungi nasabah bila kondisi pasar memburuk (seperti pada saat krisis moneter, di mana polis dwiguna bernominal dollar memberikan keuntungan luar biasa dari depresiasi rupiah).
Asuransi ini memiliki kaitan dengan efisiensi lembaga keuangan. Sebelumnya mari kita review apa itu efisiensi lembaga keuangan.
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2) .
Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006; 40) .
Tobin menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama adalah efisiensi karena arbitrase informasi, kedua efisiensi karena ketepatan penilaian asset-asetnya, ketiga adalah efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul, dan yang keempat adalah efisiensi fungsional, yaitu berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Termasuk didalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat. (Atmawardhana, 2006; 41).
Pemakaian konsep effisiensi biasanya digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari suatu lembaga keuangan. Penerapan pengukuran tingkat effisiensi yang saat ini paling sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan maupun lembaga keuangan adalah metode DEA (Data Envelopment Analysis). Keterbatasan yang terdapat dalam DEA adalah konsep efisiensi relativenya, definisi efisiensi relative yang digunakan oleh DEA berdasarkan pada:
1.       Efisiensi dalam arti luas (Koopmans Definitions): efisiensi penuh (100%) dicapai oleh DMU (decision making unit) apabila dan hanya bila tidak ada ouput atau input yang bisa ditambah atau dikurangi tanpa memperburuk input atau output yang lain. Namun dalam banyak aplikasi ilmu social maupun manajemen, nilai efisiensi tidak bisa diketahui secara teoritis. Karena itu konsep efisiensi yang digunakan adalah,
2.      Efisiensi relative: sebuah DMU mendapatkan nilai efisiensi 100% berdasarkan bukti yang tersedia bila dan hanya bila performa dari DMU-DMU lain tidak menunjukkan ouput atau input yang bisa ditambah atau dikurangi tanpa memperburuk input atau output yang lain. 
Bank sebaiknya memiliki anak perusahaan yang berupa lembaga pembiayaan lainnya seperti misalkan leasing, agency, dan asuransi. Hal ini bertujuan agar sirkulasi pendanaan yang terjadi di Bank bisa terus berjalan lancar dan saling melengkapi. Sehingga apabila suatu saat terjadi permasalahan kolektibilitas dana, seperti misalkan nasabah yang meminjam uang di bank dan meninggal sebelum cicilan lunas, bank tidak akan mengalami kerugian karena sisa cicilan nasabah tersebut sudah digantirugi oleh pihak asuransi dari pinjaman yang diasuransikan.
Sementara bila sewaktu-waktu pihak asuransi membutuhkan dana bisa dibantu oleh bank. Sehingga tingkat efisiensi antara lembaga keuangan bisa tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara bank dan pihak asuransi.



Sumber:
http://solusiasuransi.com/asuransi-jiwa-dwiguna-tabungan-yang-dijamin-dan -diproteksi-asuransi/wds


Tugas kelompok bersama Ananggadipa Abhimantra dan Andisa Rahmi Maulina

Monday, June 4, 2012

Bunga Deposit dan Metode Perhitungannya



Dalam menghimpun dana, ada tiga cara yang bisa dilakukan oleh bank, yaitu melalui deposit, securities dan capital. Sementara untuk deposit sendiri dibagi menjadi tiga jenis yang terdiri atas saving deposit (tabungan), time deposit (deposito), dan demand deposit (giro). Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai bagaimana proses dalam penghitungan bunganya.

Tabungan
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu yang dimana penyetoran maupun penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Tabungan merupakan sebagian pendapatan masyarakat yang tidak dibelanjakan disimpan sebagai cadangan guna berjaga-jaga dalam jangka pendek.  
Bunga tabungan diberikan bank agar dana yang tersimpan di tabungan dapat berkembang, sehingga nasabah semakin rajin menabung. Bunga tabungan biasanya dihitung tiap akhir bulan dari saldo rata­rata harian pada bulan tersebut. Bunga tabungan bisa diberikan secara single rate. Artinya, berapa pun jumlah uang Anda di tabungan bunganya tetap sama. Bisa juga diberikan secara bertingkat. Artinya pada jumlah saldo yang berbeda, bunga yang diberikan tidak sama. Biasanya, semakin banyak saldo yang mengendap bunga yang diberikan semakin tinggi. Suku bunga tabungan dapat berubah sewaktuwaktu,karena itu suku bunga ini disebut suku bunga mengambang atau floating rate. Beberapa bank menetapkan suku bunga tabungan tetap untuk jangka waktu tertentu (fixed rate). Dan biasanya bunga tabungan yang diperoleh akan dikenakan pajak sesuai ketentuan berlaku.
Secara umum dalam menghitung bunga tabungan terdiri atas tiga macam metode. Untuk lebih jelasnya akan dibahas masing-masing metode dengan menggunakan kasus yang sama.
Berikut ini adalah transaksi rekening tabungan Tuan Andi untuk bulan Oktober tahun 2005 dengan suku bunga 12% dan pajak 15%.
a.      Metode Saldo Terendah. Dalam metode ini, perhitungan bunga menggunakan saldo terendah selama bulan berjalan. Adapun rumus dalam menghitungnya adalah sebagai berikut:
b.      Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Rata-rata Pada metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung berdasarkan saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Sehingga kita harus menghitung terlebih dahulu saldo rata-rata hariannya.

Sehingga apabila sudah diperoleh besarnya saldo harian rata-ratanya, bisa dilakukan penghitungan bunga yang diperoleh seperti berikut ini:

c.       Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Harian Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian. Bunga tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil perhitungan bunga setiap harinya.
Sehingga dengan menggunakan metode rata-rata harian, jumlah bunga yang diperoleh adalah sebesar Rp 12.000,1.



Giro

Seorang nasabah giro yang mempunyai saldo kredit selama masa perhitungan bunga akan diberikan  jasa giro. Jasa giro merupakan  beban bunga bank yang harus dibayar kepada nasabah. Metode perhitungan  jasa giro  ada 3 macam ; metode saldo harian, metode  saldo terendah, metode rata-rata. Adapun dasar perhitungan: 
                              Nominal  X IR X  Jumlah hari
                                    365
Berikut ini adalah rekening koran dalam kasus menghitung bunga giro.



                        
a.      Saldo Harian
Dari rekening koran di atas untuk perhitungan jasa giro dengan menggunakan saldo menurun adalah sebagai berikut. Dasar Perhitungan/Rumus :
Nominal  X IR X  Jumlah hari
365



   
b.      Saldo terendah
Cara perhitungan dengan saldo terendah adalah diambil  dari saldo yang terendah dalam  bulan yang bersangkutan. Pada contoh rekening koran diatas  saldo yang terendah adalah Rp. 2.000.000,- sehingga jasa giro yang dibayar adalah  sebagai berikut :           
                                                                                           

c.       Saldo rata-rata
Cara perhitungannya adalah: saldo harian dijumlahkan kemudian  dibagi dengan jumalah hari, hasilnya merupakan nominal/saldo yang  dipakai sebagai dasar perhitungn jasa giro. Perhitungan  jasa giro dari Rekening Koran Tuan Priambodo pada bulan  Agustus 2001  di atas sebagai berikut :
                                                        
Dari ketiga cara penentuan tarif jasa giro (bunga giro), kita bisa membandingkan, manakah diantara metode penentuan tarif jasa giro yang paling menguntungkan nasabah, dan manakah, tariff jasa giro yang menguntungkan pihak bank. Tentunya dalam hal ini tariff jasa giro yang menghasilkan bunga giro paling tinggilah yang akan menguntungkan nasabah, dan tariff jasa giro yang menghasilkan bunga giro paling rendahlah yang akan menguntungkan pihak bank. Kalau tarif jasa giro itu menghasilkan bunga giro tinggi, itu biasanya dihindari oleh pihak bank, karena pihak bank akan menanggung beban bunga untuk giro nasabahnya semakin besar.

Deposito
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan berjangka yang penarikannya dapat dilakukan setelah jangka waktu berakhir. Deposito berjangka ini terbagi berdasarkan jangka waktunya dan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Deposito berjangka 1 bulan
b. Deposito berjangka 3 bulan
c. Deposito berjangka 6 bulan
d. Deposito berjangka 12 bulan
Cara penghitungan bunga deposito berjangka :
BUNGA = Nominal x tingkat bunga x hari bunga
365                 
Contoh kasus :
Agusmembuka deposito berjangka 1 bulan, pada juni 2011 selama 30 hari sebesar 20 juta dengan suku bunga 5,75% per tahun. Berapa bunga yang diterima Agus?
*deposito berjangka yang jumlahnya diatas 7,5 juta terkena pajak sebesar 20%


Jawab :
BUNGA = 20.000.000 x  0,0575 x 30 hari
                                    365
            = 94.520 (sebelum pajak)
            = 75.616 (laba bersih setelah pajak)

Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas pembawa yang dikeluarkan oleh dengan izin Bank Indonesia sebagai bukti simpanan yang dapat diperjual belikan atau dipindah tangankan. Sertifikat deposito bank dapat menentukan sendiri tingkat bunga atau diskonto sertifikat  deposito yang diterbitkannya.

Cara penghitungan bunga sertifikat deposito :
Pada sertifikat deposito, bunga tidak dihitung di akhir periode, tetapi mengurangi harga awal pembelian sertifikat, dengan rumus :
            P          = Pokokx 365
                          Rate x hari + 365
            P          : nilai yang harus dibayar
            Pokok   : nilai nominal sertifikat deposito

Contoh kasus :
Anang ingin membeli sebuah sertifikat deposito bernilai 5 juta rupiah dengan jangka waktu 30 hari dan suku bunga 5,75% per tahun. Berapa jumlah uang yang harus Anang keluarkan untuk dapat memiliki sertifikat tersebut?
Nilai yang dibayar       =   Rp. 5.000.000 x 365
                                    5,75% x 30 + 365
                                    = Rp. 4.976.481,014

Diskonto (Bunga)        = Rp. 5.000.000 – Rp. 4.976.481,014
                                    = 23.518,986

Perbedaan antara deposito berjangka dengan sertifikat deposito adalah sbb:
1.      Deposito berjangka hanya dapat dicairkan atas nama pemegang sedangkan sertifikat deposito dapat dicairkan atas unjuk oleh siapapun.
2.      Deposito Berjangka tidak dapat diperjualbelikan sedangkan sertifikat deposito dapat ddiperjual belikan.
3.      Deposito berjangka tidak dapat dipindahtangankan sedangkan sertifikat deposito dapat dipindahtangankan .
4.      Bunga deposito berjangka diterima tiap akhir bulan sedangkan bunga sertifikat deposito diterima dimuka.
5.      Deposito berjangka dapat dibuka dalam mata uang asing disamping mata uang rupiah, sedangkan sertifikat deposito berjangka hanya dapat diberikan dalam mata uang rupiah.
6.      Jumlah nominal minimum deposito berjangka adalah Rp. 1.000.000,- sedangkan jumlah nominal setiap lembar sertifikat deposito adalah Rp. 5.000.000,-

DEPOSITO ON CALL adalah simpanan tetap berada di bank, selama deposan tidak membutuhkannya. Deposito ini agak berbeda dengan deposito berjangka. Apabila deposan akan menarik simpanan depositonya, terlebih dahulu memberitahukan kepada Bank. Pemberitahuan penarikan deposito sesuai dengan perjanjian antara deposan dengan bank.
DEPOSITO AUTOMATIC ROLL OVER adalah deposito yang jika sudah jatuh tempo tetapi deposito tersebut oleh nasabah yang bersangkutan belum dicairkan maka secara otomatis bunganya akan diperhitungkan.


Sumber:


TUGAS kelompok bersama Ananggadipa Abhimantra dan Andisa Rahmi Maulina