Kurs valuta asing sering diartikan sebagai banyaknya nilai mata uang suatu Negara (rupiah misalnya) yang harus dikorbankan atau dikeluarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (dollar misalnya). Sehingga dengan kata lain, jika kita gunakan contoh rupiah dan dollar, maka kurs valuta asing adalah nilai tukar yang menggambarkan banyaknya rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan satu unit dollar dalam kurun waktu tertentu. Masalah kurs valuta asing mulai muncul ketika transaksi ekonomi sudah mulai melibatkan dua Negara (mata kuang) atau lebih, tentunya sebagai alat untuk menjembatani perbedaan mata uang di masing-masing Negara. Kurs yang saat ini berlaku adalah sudah mencerminkan keseimbangan pasar, artinya kurs itulah yang menggambarkan kenyataan perekonomian suatu Negara saat ini.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang erat kaitannya dengan kurs valuta asing:
1. Depresiasi, adalah turunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (dollar). Misalnya awalnya 1$=Rp 8.350,- menjadi 1$=Rp 8.400,-. Dengan kata lain depresiasi rupiah menyebabkan semakin banyak rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan 1 unit dollar.
2. Apresiasi, adalah kebalikan dari depresiainya rupih. Dengan demikian jika rupiah mengalami depresiasi (penurunan nilai) maka mata uang dollar akan mengalami apresiasi (penaikan nilai).
3. Spot rate, adalah nilai tukar yang masa berlakunya hanya dalam waktu 2x24jam saja. Sehingga jika sudah melewati batas waktu di atas maka nilai tukar tersebut sudah tidak berlaku lagi. Sebagai contoh jika pada tanggal 14 Februari 2006 kurs 1$=Rp 8.350,- maka setelah tanggal 16 Februari 2006 kurs tersebut sudah tidak berlaku lagi.
4. Foreign rate,adalah transaksi yang terjadi dengan pelepasan pada saat tertentu di waktu yang akan datang.
5. Swap, adalah transaksi pembelian dan penjualan secara stimulant (terus menerus) pada tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda.
Perubahan kurs suatu mata uang terhadap mata uang lainnya secara prinsip disebabkan oleh adanya perubahan kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang asing yang akan dipertukarkan, yang sebenarnya identik dengan kekuatan permintaan dan penawaran akan komoditi yang diperdagangkan. Adapun sebab-sebab perubahan permintaan dan penawaran valuta asing tersebut diantaranya:
a. Perubahan selera masyarakat terhadap komoditi luar negeri
Semakin banyak masyarakat Indonesia menyukai dan membutuhkan barang luar negeri, maka kebutuhan akan mata uang asing ($) akan semakin banyak pula untuk mendapatkan barang luar tersebut. Karena permintaan semakin banyak, secara grafik, kurva permintaan akan dollar akan bergeser ke kanan dari keseimbangannya. Akibatnya nilai rupiah mengalami penurunan, atau semakin banyak rupiah yang harus dikorbankan untuk mendapatkan 1 unit $. Jadi, jika masyarakat tidak menginginkan nilai rupiah semakin jatuh, maka cinta produk dalam negeri harus digalakkan.
b. Perubahan iklim investasi dan tingkat bunga
Perubahan iklim investasi yang semakin aman dan menarik dapat menyebabkan arus modal asing makin banyak yang masuk, yang berarti penawaran modal asing berupa dollar meningkat. Peristiwa ini akan mengakibatkan kurva penawaran dari dollar akan bergeser ke kanan (naik). Jadi, jika masyarakat menginginkan apresiasi nilai rupiah terhadap dollar, maka iklim investasi dan tingkat bunga di Indonesia harus lebih aman dan menguntungkan.
c. Perubahan tingkat inflasi
Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan komoditi ekspor kita kurang dapat bersaing di pasaran dunia, karena dengan adanya inflasi yang tinggi harga ekspor akan terasa lebih mahal. Akibatnya jarang yang mau membeli produk ekspor kita. Hal ini identik dengan menurunnya penawaran dollar untuk membelu ekspot kita tersebut. Untuk mengatasi ini tentunya tingkat inflasi yang ada di Indonesia harus dikendalikan oleh masyarakat dan pemerintah dengan baik.
d. Iklim investasi
Prospek dan iklim investasi yang menarik (aman dan tingkat penghasilan yang tinggi) di Indonesia akan turut mempengaruhi banyak tidaknya penawaran dollar ke Indonesial. Semakin menarik maka nilai rupiah akan semakin tinggi (apresiasi).
Referensi: http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab6-peran_sektor_luar_negeri_pada_perekonomian_indonesia.pdfr_luar_negeri_pada_perekonomian_indonesia.pdf
0 komentar:
Post a Comment